Kamis, 21 April 2011

PRAMOEDYA ANANTA TOER (6 Februari 1925 - 30 April 2006)

Peoples who changed the world..!
PRAMOEDYA ANANTA TOER (6 Februari 1925 - 30 April 2006) "Zaman ini adalah zaman kemerosotan. Raja-raja kecil bermunculan pada diri sendiri, karena Rajadiraja tiada. Kekacauan dan perang akan memburu kalian silih berganti. Laki-laki akan pada mati di medan... perang, perempuan akan dijarahrayah dan kanak-kanak akan terlantar. Kemerosotan zaman dan kemerosotan kalian sendiri yang akan menumpas kalian selama kalian tak mampu menahan kemerosotan besar ini......" -ARUS BALIK- Lahir di Blora, Jawa Tengah, Pramoedya secara luas dianggap sebagai salah satu pengarang yang produktif dalam sejarah sastra Indonesia. Pramoedya telah menghasilkan lebih dari 50 karya dan diterjemahkan ke dalam lebih dari 41 bahasa asing. Pramoedya telah menulis banyak kolom dan artikel pendek yang mengkritik pemerintahan Indonesia terkini. Ia menulis buku "Perawan Remaja dalam Cengkraman Militer", dokumentasi yang ditulis dalam gaya menyedihkan para wanita Jawa yang dipaksa menjadi wanita penghibur selama masa pendudukan Jepang. Semuanya dibawa ke Pulau Buru di mana mereka mengalami kekerasan seksual, mengakhiri tinggal di sana daripada kembali ke Jawa. Pramoedya membuat perkenalannya saat ia sendiri merupakan tahanan politik di Pulau Buru selama masa 1970-an. Banyak dari tulisannya menyentuh tema interaksi antarbudaya; antara Belanda, kerajaan Jawa, orang Jawa secara umum, dan Tionghoa. Banyak dari tulisannya juga semi-otobiografi, di mana ia menggambar pengalamannya sendiri. Ia terus aktif sebagai penulis dan kolumnis. Ia memperoleh Ramon Magsaysay Award untuk Jurnalisme, Sastra, dan Seni Komunikasi Kreatif 1995. Ia juga telah dipertimbangkan untuk Hadiah Nobel Sastra. Ia juga memenangkan Hadiah Budaya Asia Fukuoka XI 2000 dan pada 2004 Norwegian Authors' Union Award untuk sumbangannya pada sastra dunia. Ia menyelesaikan perjalanan ke Amerika Utara pada 1999 dan memperoleh penghargaan dari Universitas Michigan. (Wikipedia) KUTIPAN OTENTIK PRAMOEDYA * Keadaan seluruh dunia berubah. Sekarang apa? Negara-negara komunis pun mengakomodasi kapitalisme. Perang Dingin tidak ada lagi. Saya sendiri tetap seperti dahulu, menentang ketidakadilan dan penindasan. Bukan sekadar menentang, tetapi melawan! Melawan pelecehan kemanusiaan. Saya tidak berubah. (Nama Saya Tidak Pernah Kotor. Jawa Pos, 18 April 1999) * Saya tutup buku dengan kekuasaan. Mereka selalu bilang, kami tutup buku dengan napol/tapol, nah saya juga bilang begitu, tutup buku dengan kekuasaan. (Suara Independen no.3/I: Augustus 1995) * Saya ini kagum kepada Bung Karno. Ia sanggup melahirkan nation, bukan bangsa, tanpa meneteskan darah. Mungkin dia satu-satunya, atau paling tidak satu di antara yang sangat sedikit. Kelahiran nation itu biasanya, dimana saja, mandi darah. (Suara Independen no.3/I: Augustus 1995) * Stop! Rasialisme anti minoritas apa pun harus tak terjadi lagi di Indonesia. Sungguh suatu aib yang memalukan. Dalam lebih setengah abad dan ber-Pancasila, bisa terjadi kebiadaban ini kalau bukan karena hipokrisi pada kekuasaan. (Rasialisme Anti-Tiong Hoa dan Percobaan Menjawabnya: 22 Oktober 1998) * Dalam tahanan di RTM tahun 1960 saya mendapatkan kata baru dari dunia kriminal: brengsek. Sekarang saya dapat kata baru pula: di-aman-kan, yang berarti: dianiaya, sama sekali tidak punya sangkut-paut dengan aman dan keamanan. Sebelum itu saya punya patokan cadangan bila orang bicara denganku: ambil paling banyak 50% dari omongannya sebagai benar. Sekarang saya mendapatkan tambahan patokan: Kalau yang berkuasa bilang A, itu berarti minus A. Apa boleh buat, pengalaman yang mengajarkan. (Surat Terbuka Pramoedya Ananta Toer kepada Keith Foulcher: Jakarta, 5 Maret 1985) * Saya pegang ajaran Multatuli bahwa kewajiban manusia adalah menjadi manusia. (aya tidak Pernah Jadi Budak”: Tempo NO. 04/XXVIII/30 Mar - 5 April 1999) KUTIPAN-KUTIPAN DALAM TETRALOGI BURU 1. BUMI MANUSIA * "Berbahagialah dia yang makan dari keringatnya sendiri bersuka karena usahanya sendiri dan maju karena pengalamannya sendiri " (Mama/Nyai Ontosoroh, hal 39) * "Seorang terpelajar harus juga belajar berlaku adil sudah sejak dalam pikiran, apalagi perbuatan. (Jean Marais, hal 52) * "Cinta itu indah, Minke, terlalu indah, yang bisa didapatkan dalam hidup manusia yang pendek ini. (Jean Marais, 55) * "Tak ada cinta muncul mendadak, karena dia anak kebudayaan, bukan batu dari langit. (Jean Marais, 55) * "Melawan, Minke, dengan segala kemampuan dan ketakmampuan. (Jean Marais, 60) * "Hidup bisa memberikan segala pada barang siapa tahu dan pandai menerima. (Mama, 73) * "Jangan anggap remeh si manusia, yang kelihatannya begitu sederhana; biar penglihatanmu setajam elang, pikiranmu setajam pisau cukur, perabaanmu lebih peka dari para dewa, pendengaran dapat menangkap musik dan ratap-tangis kehidupan; pengetahuanmu tentang manusia takkan bakal bisa kemput. (Mama, 119) * "Cerita tentang kesenangan selalu tidak menarik. Itu bukan cerita tentang manusia dan kehidupannya , tapi tentang surga, dan jelas tidak terjadi di atas bumi kita ini. (Mama, 120) * "Duniaku bukan jabatan, pangkat, gaji, dan kecurangan. Duniaku bumi manusia dengan persoalannya . (Minke, 135) * "Semakin tinggi sekolah bukan berarti semakin menghabiskan makanan orang lain. Harus semakin mengenal batas. (Bunda, 138) * "Kau terpelajar, cobalah bersetia pada katahati. (Jean Marais, 203) * "Suatu bangsa yang telah mempertaruhkan jiwa-raga dan harta benda untuk segumpal pengertian abstrak bernama kehormatan. (Miriam de la Croix, 212) * "Melawan pada yang berilmu dan berpengetahuan adalah menyerahkan diri pada maut dan kehinaan. (Miriam de la Croix, 213) * "Suatu masyarakat paling primitif pun, misalnya di jantung Afrika sana, tak pernah duduk di bangku sekolah, tak pernah melihat kitab dalam hidupnya, tak kenal baca-tulis, masih dapat mencintai sastra, walau sastra lisan. (Magda Peters, 233) * "Kalian boleh maju dalam pelajaran, mungkin mencapai deretan gelar kesarjanaan apa saja, tapi tanpa mencintai sastra, kalian tinggal hanya hewan yang pandai. (Magda Peters, 233) * "Tak pernah ada perang untuk perang. Ada banyak bangsa yang berperang bukan hendak keluar sebagai pemenang. Mereka turun ke medan perang dan berguguran berkeping-keping seperti bangsa Aceh sekarang ini...ada sesuatu yang dibela, sesuatu yang lebih berharga daripada hanya mati, hidup atau kalah-menang. (Jean Marais, 250) * "Cinta tak lain dari sumber kekuatan tanpa bendungan bisa mengubah, menghancurkan atau meniadakan, membangun atau menggalang. (Dr. Martinet, 279) 2. ANAK SEMUA BANGSA * "Barang siapa tidak tahu bersetia pada azas, dia terbuka terhadap segala kejahatan: dijahati atau menjahati. (Mama, 4) * "Nama berganti seribu kali dalam sehari, makna tetap. (Mama, 20) * "Kalau hati dan pikiran manusia sudah tak mampu mencapai lagi, bukankah hanya pada Tuhan juga orang berseru? (Panji Darman/Jan Dapperste, 33) * "Kau pribumi terpelajar! Kalau mereka itu, pribumi itu, tidak terpelajar, kau harus bikin mereka jadi terpelajar. Kau harus, harus, harus bicara pada mereka, dengan bahasa yang mereka tahu. (Jean Marais, 55) * "Mendapat upah karena menyenangkan orang lain yang tidak punya persangkutan dengan kata hati sendiri, kan itu dalam seni namanya pelacuran? (Jean Marais, 59) * "Jangan kau mudah terpesona oleh nama-nama. kan kau sendiri pernah bercerita padaku: nenek moyang kita menggunakan nama yang hebat-hebat, dan dengannya ingin mengesani dunia dengan kehebatannya—kehebatan dalam kekosongan. Eropa tidak berhebat-hebat dengan nama, dia berhebat-hebat dengan ilmu pengetahuannya. Tapi si penipu tetap penipu, si pembohong tetap pembohong dengan ilmu dan pengetahuannya. (Mama, 77) * "Benih yang tidak sempurna akan punah sebelum berbuah. (Mama, 79) * "Jangan agungkan Eropa sebagai keseluruhan. Di mana pun ada yang mulia dan jahat. Di mana pun ada malaikat dan iblis. Di mana pun ada iblis bermuka malaikat, dan malaikat bermuka iblis. Dan satu yang tetap, Nak, abadi : yang kolonial, dia selalu iblis. (Mama, 83) * "Tahu kau mengapa aku sayangi kau lebih dari siapa pun ? Karena kau menulis. Suaramu takkan padam ditelan angin, akan abadi, sampai jauh, jauh di kemudian hari. (Mama, 84) * "Dengan ilmu pengetahuan modern, binatang buas akan menjadi lebih buas, dan manusia keji akan semakin keji. Tapi jangan dilupakan, dengan ilmu-pengetahuan modern binatang-binatang yang sebuas-buasnya juga bisa ditundukkan. (Khouw Ah Soe, 90) * "Pernah kudengar orang kampung bilang: sebesar-besar ampun adalah yang diminta seorang anak dari ibunya, sebesar-besar dosa adalah dosa anak kepada ibunya. (Robert Suurhorf, 98) * "Inilah jaman modern, Minke, yang tidak baru dianggap kolot, orang tani, orang desa. Orang menjadi begitu mudah terlena, bahwa di balik segala seruan, anjuran, kegilaan tentang yang baru menganga kekuatan gaib yang tak kenyang-kenyang akan mangsa. Kekuatan gaib itu adalah deretan protozoa, angka-angka, yang bernama modal. (Miriam de La Croix, 107) * "Apa akan bisa ditulis dalam Melayu? Bahasa miskin seperti itu? Belang bonteng dengan kata-kata semua bangsa di seluruh dunia? Hanya untuk menyatakan kalimat sederhana bahwa diri bukan hewan. (Minke, 114) * "Tanpa mempelajari bahasa sendiri pun orang takkan mengenal bangsanya sendiri. (Kommer, 119) * "Kartini pernah mengatakan : mengarang adalah bekerja untuk keabadian. (Kommer, 121) * "Kehidupan ini seimbang, Tuan. Barangsiapa hanya memandang pada keceriaannya saja, dia orang gila. Barangsiapa memandang pada penderitaannya saja, dia sakit. (Kommer, 199) * "Kehidupan lebih nyata daripada pendapat siapa pun tentang kenyataan. (Kommer, 199) * "Selama penderitaan datang dari manusia, dia bukan bencana alam, dia pun pasti bisa dilawan oleh manusia. (Kommer, 204) * "Revolusi Perancis, mendudukkan harga manusia pada tempatnya yang tepat. Dengan hanya memandang manusia pada satu sisi, sisi penderitaan semata, orang akan kehilangan sisinya yang lain. Dari sisi penderitaan saja, yang datang pada kita hanya dendam, dendam semata...(Kommer, 204) * "Orang rakus harta benda selamanya tak pernah membaca cerita, orang tak berperadaban. Dia takkan pernah perhatikan nasib orang. Apalagi yang hanya dalam cerita tertulis. (Mama, 382) * "semua yang terjadi di kolong langit ini adalah urusan setiap orang yang berfikir. (Kommer, 390) * "Kalau kemanusiaan tersinggung, semua orang yang berperasaan dan berpikiran waras ikut tersinggung, kecuali orang gila dan orang yang memang berjiwa kriminil, biar pun dia sarjana. (Kommer, 390) 3. JEJAK LANGKAH * "...dan modern adalah juga kesunyian manusia yatim-piatu dikutuk untuk membebaskan diri dari segala ikatan yang tidak diperlukan: adat, darah, bahkan juga bumi, kalau perlu juga sesamanya. (Minke, 2) * "Ilmu pengetahuan, Tuan-tuan, betapa pun tingginya, dia tidak berpribadi. Sehebat-hebatnya mesin, dibikin oleh sehebat-hebat manusia dia pun tidak berpribadi. Tetapi sesederhana-sederhana cerita yang ditulis, dia mewakili pribadi individu atau malahan bisa juga bangsanya. (Von Kollewijn, 32) * "Persahabatan lebih kuat dari pada panasnya permusuhan. (Bunda/Minke, 46) * "Dahulu, nenek moyangmu selalu mengajarkan, tidak ada yang lebih sederhana daripada hidup: lahir, makan-minum, tumbuh, beranak-pinak dan berbuat kebajikan. (Bunda, 65) * "Setiap hak yang berlebihan adalah penindasan. (Minke, 82) * "Orang Belanda sering membisikkan: berbahagialah mereka yang bodoh, karena dia kurang menderita. Berbahagialah juga kanak-kanak yang belum membutuhkan pengetahuan untuk dapat mengerti. (Minke, 113) * "Masa terbaik dalam hidup seseorang adalah masa ia dapat menggunakan kebebasan yang telah direbutnya sendiri. (Minke, 113) * "Apa bisa diharapkan dari mereka yang hanya bercita-cita jadi pejabat negeri, sebagai apapun, yang hidupnya hanya penantian datangnya gaji? (Minke, 163) * "Tak mungkin orang dapat mencintai negeri dan bangsanya, kalau orang tak mengenal kertas-kertas tentangnya. Kalau dia tak mengenal sejarahnya. Apalagi kalau tak pernah berbuat sesuatu kebajikan untuknya. (Minke, 202) * "Berbahagialah dia yang tak tahu sesuatu. Pengetahuan, perbandingan, membuat orang tahu tempatnya sendiri, dan tempat orang lain, gelisah dalam alam perbandingan. (203, Minke) * "Setiap permulaan memang sulit. Dengan memulai setengah pekerjaan sudah selesai, kata pepatah. (Van Heutsz, 264) * "...bila akar dan batang sudah cukup kuat dan dewasa, dia akan dikuatkan oleh taufan dan badai. (Raden Tomo, 277) * "Jangan Tuan terlalu percaya pada pendidikan sekolah. Seorang guru yang baik masih bisa melahirkan bandit-bandit yang sejahat-jahatnya, yang sama sekali tidak mengenal prinsip. Apalagi kalau guru itu sudah bandit pula pada dasarnya. (Frischboten, 291) * "Tetapi manusia pun bisa mengusahakan lahirnya syarat-syarat baru, kenyataan baru, dan tidak hanya berenang diantara kenyataan-kenyataan yang telah tersedia. (Minke, 339) * "Semua ditentukan oleh keadaan, bagaimanapun seseorang menghendaki yang lain. Yang digurun pasir takkan menggunakan bahtera, yang di samudera takkan menggunakan onta. (Minke, 394) * "Tanpa wanita takkan ada bangsa manusia. Tanpa bangsa manusia takkan ada yang memuji kebesaranMu. Semua puji-pujian untukMu dimungkinkan hanya oleh titik darah, keringat dan erang kesakitan wanita yang sobek bagian badannya karena melahirkan kehidupan. (Minke, 430) * "Di balik setiap kehormatan mengintip kebinasaan. Di balik hidup adalah maut. Di balik persatuan adalah perpecahan. Di balik sembah adalah umpat. Maka jalan keselamatan adalah jalan tengah. Jangan terima kehormatan atau kebinasaan sepenuhnya. Jalan tengah—jalan ke arah kelestarian. (Minke, 442) 4. RUMAH KACA * "Betapa sederhana hidup ini sesungguhnya yang pelik cuma liku dan tafsirannya. (Pangemanann, 38) * "Nilai yang diwariskan oleh kemanusiaan hanya untuk mereka yang mengerti dan membutuhkan. Humaniora memang indah bila diucapkan para mahaguru—indah pula didengar oleh mahasiswa berbakat dan toh menyebalkan bagi mahasiswa-mahasiswa bebal. Berbahagialah kalian, mahasiswa bebal, karena kalian dibenarkan berbuat segala-galanya. (Pangemanann, 39) * "Hidup sungguh sangat sederhana. Yang hebat-hebat hanya tafsirannya. (Pangemanann, 46) * "Orang begitu tabah menghadapi kehilangan kebebasannya, akan tabah juga kehilangan segala-galanya yang masih tersisa. (Pangemanann, 53) * "Seorang tanpa prinsip adalah sehina-hina orang manusia setengik-tengiknya. (Pangemanann, 73) * "...soalnya memang kertas-kertas yang lebih bisa dipercaya. Lebih bisa dipercaya daripada mulut penulisnya sendiri. (Tuan L, 92) * "Setiap tulisan merupakan dunia tersendiri, yang terapung-apung antara dunia kenyataan dan dunia impian. (Pangemanann, 138) * "...dan apalah artinya kebahagiaan kalau bukan rangkaian kesenangan detik demi detik tanpa nurani berjingkrak-jingkrak menggugat. (Pangemanann, 141) * "Orang boleh pandai setinggi langit, tapi selama ia tak menulis, ia akan hilang di dalam masyarakat dan dari sejarah. (Minke, 352) * "Orang bilang ada kekuatan-kekuatan dahsyat yang tak terduga yang bisa timbul pada samudera, pada gunung berapi dan pada pribadi yang tahu benar akan tujuan hidupnya. (Pangemanann, 409) * "Sejak jaman nabi sampai kini, tak ada manusia yang bisa terbebas dari kekuasaan sesamanya, kecuali mereka yang tersisihkan karena gila. Bahkan pertama-tama mereka yang membuang diri, seorang diri di tengah-tengah hutan atau samudera masih membawa padanya sisa-sisa kekuasaan sesamanya. Dan selama ada yang diperintah dan memerintah, dikuasai dan menguasai, orang berpolitik. (Minke, 420) * "Kita semua harus menerima kenyataan, tapi menerima kenyataan saja adalah pekerjaan manusia yang tak mampu lagi berkembang. Karena manusia juga bisa membikin kenyataan-kenyataan baru. Kalau tak ada orang mau membikin kenyataan-kenyataan baru, maka “kemajuan” sebagai kata dan makna sepatutnya dihapuskan dari kamus umat manusia. (Minke, 436) * "Pada akhirnya persoalan hidup adalah persoalan menunda mati, biarpun orang-orang yang bijaksana lebih suka mati sekali daripada berkali-kali. (Pangemanann, 443) * "Bagaimanapun masih baik dan masih beruntung pemimpin yang dilupakan oleh pengikut daripada seorang penipu yang jadi pemimpin yang berhasil mendapat banyak pengikut. (Pangemanann, 443) * "Gairah kerja adalah pertanda daya hidup; dan selama orang tidak suka bekerja sebenarnya ia sedang berjabatan tangan dengan maut. (Pangemanann, 460

Mengkritisi unsur-unsur Tindak Pidana Penodaan Agama

Mengkritisi unsur-unsur Tindak Pidana Penodaan Agama
oleh Diemas Dhamardjati pada 20 April 2011 jam 4:13

Jelaslah bahwa pembatasan terhadap hanya 6 agama yang diakui pemerintah, ditinjau dari sudut ilmu agama-agama − dan ini jelas di luar kewenangan pemerintah untuk mengu-rusinya − jelas-jelas tidak bisa dipertanggungjawabkan secara ilmiah. Tampak sekali “definisi agama” yang melatarbelakangi munculnya undang-undang diskriminatif ini adalah jelas-jelas definisi agama menurut agama tertentu. Misalnya, syarat-syarat bahwa agama harus mempunyai konsep Tuhan, Kitab Suci, dan Nabi adalah jelas-jelas definisi Islam. Diantara agama-agama semitik saja (Yahudi, Islam dan Kristen), konsep Nabi, Kitab Suci dan pe-wahyuan saja sudah berbeda, lebih-lebih lagi agama-agama non-Semitik, seperti Hindu dan Buddha.

Agama-agama semitik mengklaim diri sebagai “agama monoteis”, dan bisa saja menuduh agama lain “politheis”, atau minimal “kurang monotheis”. Padahal baik tradisi monotheisme, monisme dan pantheisme semua ada dalam agama Hindu. Sebaliknya, agama Buddha jelas-jelas terpaksa menerima syarat harus ber-“Ketuhanan Yang Maha Esa”, padahal filosofi ajaran Buddha jelas-jelas bersifat non-theis (bukan atheis, melainkan non-theis sebab tidak mengenal konsep Tuhan sebagai Personal God). Lebih-lebih lagi dalam satu agama, misalnya Kristen/ Protestan, ada lebih dari “satu penafsiran”. Begitu juga dalam Islam, Hindu, Buddha dan sebagainya. Lalu apabila terjadi lebih dari satu tafsir terhadap kitab suci masing-masing, bagaimana harus menerapkan ketentuan dalam pasal 1 “melakukan penafsiran ter-hadap suatu agama yang berlaku di Indonesia?”

Ketentuan dalam Pasal 1 Undang-undang Nomor 1/PNPS/1965 juga bisa menghalangi studi ilmu agama-agama. Misalnya, dalam Kristen kadang-kadang berkembang penafsiran akademis atas agama Islam. Tentu saja “penafsiran Kristen” atas Islam ini berbeda dengan Islam. Apakah ini termasuk penodaan agama? Sebaliknya, apabila seorang teolog Muslim mengembangkan penafsiran atas Kristen dengan memakai ayat-ayat Alkitab yang jelas-jelas berbeda dengan pandangan Kristen sendiri. Apakah perbedaan penafsiran ini juga melanggar undang-undang penodaan agama? Kalau dijawab, “Ya!”, berarti Ibnu Taimiyyah dan Imam al-Ghazali juga bisa dikenakan tuduhan melakukan penodaan terhadap agama Kristen. Karena Ibnu Taimiyyah dalam bukunya Al-Jawâb ash-Shahîh li Man Baddala Dîn al-Masîh (Jawaban yang Benar atas orang Yang mengubah agama Kristus), yang menafsirkan ayat-ayat Alkitab berbeda dengan “penafsiran resmi” Kristen.

Begitu juga dengan Imam al-Ghazali (wafat 1111 M), dalam bukunya Ar-Radd al-Jamîl li Ilahiyyati ‘Isa bi Syarîh al-Injîl (Penolakan Sempurna atas keilahian Yesus berdasarkan Injil yang Otentik), seharusnya juga bisa dikenakan Pasal 1 Undang-undang Penodaan Agama, karena buku ini berisi penafsiran a la Islam atas teks-teks Suci Kristen demi mendukung pandangan teologis Islam sendiri. Kalau kita menengok sejarah agama-agama dan penyiaran-nya, pertanyaan bisa semakin panjang. Misalnya, proses “islamisasi” (yang bisa disambung dengan “kristenisasi”) cerita-cerita wayang yang cerita-ceritanya banyak mengadaptasi dari India.

Jangan-jangan penulis “Babad Cirebon” dapat dikenai delik penodaan agama, karena menafsirkan pustaka Kalimasada dengan tafsiran Islam Kalimat Syahadat. Padahal Kalimasada berasal dari bahasa Sanskerta Kalimahosadha (Kali, “zaman Kali”, “zaman Kegelapan”; maha, “besar” dan usadha “penyembuh”), artinya “Penyembuh besar pada zaman Kegelapan”. Keterangan mengenai pustaka Kalimahosada ini dapat dibaca dalam Kakawin Barata Yuddha (syair XLI,5), karya Mpu Sedah (1135-1157 M), seorang pujangga Prabu Jayabaya Kediri, sebagai berikut:

“….enget ring wekasan Yudhisthira sukang pinituturan tan dwang sanjata pustaka Kalimahosada rinegepira. Sampun sida sinidikara dadi tomara mangarab-arab. Artinya: “Akhirnya Yudistira menemukan kembali kesadarannya dan ia suka dalam hati, karena ada orang-orang yang mengingatkannya. Dengan wajarnya ia memegang senjata pu-saka Kalimahosada, mantera-menteranya diucapkan secara sempurna, sehingga sen-jata itu memiliki kekuatan gaib dan menjelma menjadi tombak sakti yang berkobar-kobar”.

Kalau kita lacak lebih jauh lagi, sebagaimana disimpulkan dari hasil penelitian Hazeu, Rassers dan Kruyt, wayang adalah seni pertunjukan asli Jawa yang berfungsi untuk pe-nyembahan kepada Sang Pencipta. Pada awal kerajaan Hindu, wayang masih berfungsi se-bagai ritual penyembahan”, sekalipun sudah diisi dengan cerita-cerita Hindu. Hal ini terbukti dari prasasti Balitung (905 M): “…Si Galigi mawayang bwat Hyang, macarita Bhima ya kumara” (Si Galigi memainkan wayang untuk menyembah Tuhan, bercerita tentang Bhima ketika masih muda).

Apakah memakai pertunjukan wayang Jawa demi menyiarkan prinsip-prinsip ajaran Hindu dan kemudian dilanjutkan oleh Islam adalah “penodaan agama”? Pada zaman Islam para wali memakai wayang demi dakwah Islam, dan kisah-kisah Hindu di-“islam”-kan habis-habisan, sampai-sampai dalam Serat Kanda Bathara Guru (Sang Hyang Siwa), Dewa Pralina dalam agama Hindu, diidentikkan dengan Iblis, yang mengaku diri Tuhan? Begitu juga, dalam sejumlah naskah Jawa-Islam dewa-dewa Hindu diturunkan derajatnya menjadi keturunan Nabi Adam? Bukankah ini memenuhi rumusan delik “… atau membuat kegiatan keagamaan yang menyerupai kegiatan-kegiatan keagamaan dari agama itu”?

Memang, bagi orang Muslim dan Kristen, pertunjukan wayang hanyalah tontonan, tetapi bagi orang Jawa kuna adalah kegiatan keagamaan. Jadi, apakah menggunakan istilah-istilah Jawa-Hindu dan menafsirkan dengan ajaran Islam bukan merupakan penodaan agama menurut Penjelasan pasal 2 Undang-undang Nomor 1/PNPS/1965?

“Dengan kata-kata “kegiatan keagamaan” dimaksudkan segala macam kegiatan yang bersifat keagamaan, misalnya menamakan suatu aliran dengan agama, mempergu-nakan istilah dalam menjalankan atau mengamalkan ajaran-ajaran kepercayaannya dan sebagainya (Penjelasan Pasal 2).

Perlu dipertanyakan “menggunakan istilah dalam menjalankan atau mengamalkan ajaran-ajaran kepercayaannya”. Siapakah yang bisa mengklaim bahwa suatu “pola ibadah” dan term-term keagamaan tanpa pengaruh dari bahasa-bahasa yang digunakan oleh komunitas agama sebelumnya. Misalnya, membaca Kitab dengan tartil yang dikenal Tilawat Al-Qur’an dalam Islam, ternyata sebelumnya sudah ada dalam komunitas Kristen Ortodoks di Timur Tengah dengan sebutan “mulahan Injil”. Dari zaman pra-Islam sampai sekarang adab pembacaan Kitab Suci ini dikenal di seluruh gereja-gereja ortodoks, baik di Timur Tengah, Ero-pa Timur dan Rusia. Kita semua bisa menyaksikan di negera-negara Arab, bagaimana orang Kristen mengajikan Injil sangat mirip dengan umat Islam mengajikan ayat-ayat Al-Qur’an.

Begitu juga pemakaian jilbab sudah dikenal di Code Hamurrabi (abad XIV SM), yang kemudian dilestarikan oleh orang Yahudi, Kristen Timur dan kemudian dilanjutkan oleh Islam. Bagi kita yang hidup di Indonesia, kalau ada orang Kristen membaca Injil dengan dingajikan bisa dituduh membuat “kegiatan keagamaan yang menyerupai kegiatan-kegiatan keagamaan dari agama itu (Islam)”, padahal di Timur Tengah orang Yahudi, Kristen dan Islam mempunyai adab ibadah yang hampir sama, karena ketiga agama itu memang mempunyai akar dan rumpun yang sama.

Khususnya untuk Penghayat Kepercayaan lebih baik tidak menggunakan istilah “agama” (se-telah istilah yang diambil dari bahasa Jawa kuna ini mengalami pembakuan oleh pemerintah), secara historis bisa dipertanyakan: “Siapakah yang lebih dahulu memakai istilah agama”? Bukankah kata “agama” telah terlebih dahulu diserap dalam bahasa Jawa kuna, sedangkan kata ini tidak dijumpai baik dalam Injil maupun Al-Qur’an? Begitu juga soal pembakuan bahwa agama harus mempunyai konsep “Tuhan”, “Nabi”, “Kitab Suci”, ini benar-benar sebuah bentuk imperialisme doktriner yang menggunakan kekuasaan negara, bahkan tidak sesuai dengan jalannya logika dan fakta sejarah.

Sebab faktanya kaum Penghayat mempunyai konsep yang sama sekali berbeda. Orang Jawa tidak pernah mengenal nabi. Kasunyatan Jawi, misalnya, memandang bahwa ibu kita sendiri adalah utusan Tuhan untuk melahirkan kita. Tentu saja konsep “utusan” ini sangat berbeda bila dipahami menurut logika agama-agama Yahudi, Kristen dan Islam. Namun paham Kristen atau Islam ini tentu tidak bisa dijadikan “tolok ukur” untuk menilai keyakinan atau pandangan lain yang berbeda. Sebab sekali lagi, dalam konteks ilmu agama-agama, Keper-cayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa adalah “agama dalam pengertian yang sebenar-benarnya”...



MERDEKA !!!

kenapa tuhan membunuh akal manusia ???

sepertinya ada dua pilihan ekstrem bagi manusia ...
Mempercayai akalnya atau mempercayai Tuhan ...
Jika manusia mempercayai Tuhan maka dia harus menolak akalnya ...
Jika manusia mempercayai akalnya maka manusia harus menolak Tuhan ...

Dua hal ini, Tuhan dan akal, tidak bisa tinggal satu rumah dalam diri manusia.

Manusia yang mempercayai Tuhan, meskipun mereka mengaku berpikir, tapi pikirannya adalah kata lain dari perasaan. Dengan kata lain adalah rasionalisasi untuk pembenaran. Untuk membela perasaannya. Agar perasaannya tentang Tuhan tampak masuk akal.

Akal, jika dia benar-benar hidup dan berfungsi, bukanlah untuk mempercayai. Tapi adalah untuk mempertanyakan segala sesuatu. Yang mempercayai adalah pekerjaan hati, pekerjaan perasaan. Itu sebabnya perasaan tidak bisa dibiarkan melajur sendiri. Karena perasaan seperti kuda liar tanpa kompas. Tapi akal, bagaikan mahkota kejayaan manusia. Melebihi prestasi segala mahkluk. Karena akallah adanya kebudayaan. Tumbuh-tumbuhan dan hewan tidak pernah memliki kebudayaan. Belum pernah sejarah mencatat ada satu Universitas pun didirikan oleh spesies hewan yang paling cerdas sekali pun.

Akal, adalah mata air kecemerlangan. Gudang inspirasi sepanjang zaman. Karena akal, manusia merubah wajah kehidupan. Karena akal manusia sampai ke bulan. Karena akal manusia mengerti apa artinya kebaikan. Karena akal manusia mengerti apa artinya persaudaraan antar sesama manusia dan lingkungan hidupnya.

Tapi ketika manusia sudah keracunan akan kepercyaan pada Tuhan, maka akal menjadi tidur dan mati. Hingga konflik dan pertengkaran atas nama Tuhan menjadi halal. Hingga darah dan nyawa manusia menjadi kehilangan arti. Demi Tuhan yang tak pernah jelas dan real dalam kenyataan.

Cinta yang Sejati [J. Krishnamurti]

cinta bukanlah seperti yg digembar-gemborkan orang ,,,
terutama di dalam agama-agama ...
cinta hanya ada bila pikiran lenyap ,,,
bila aku/diri lenyap ; ini tidak diajarkan dalam agama-agama samawi ...
bahkan hubungan cinta antara makhluk dan khalik /Tuhan pun diingkari ...

"Cinta adalah suatu keadaan batin, dan dalam keadaan itu, si 'aku', beserta segala identifikasinya, kegelisahannya, dan miliknya, tidak ada. Cinta tidak mungkin ada selama kegiatan diri, kegiatan si 'aku', entah sadar entah tidak, terus berlanjut. Itulah sebabnya mengapa penting untuk memahami proses diri, pusat pengenalan yang adalah si 'aku'."

"Memupuk hati bukanlah proses pikiran ... tetapi bila pikiran dipahami, maka muncullah cinta. ... Kata 'cinta' bukanlah cinta. Bila kita menggunakan kata itu dan mencoba memupuk cinta, itu sekadar proses pikiran. Cinta tidak bisa dipupuk, tetapi bila kita menyadari bahwa kata bukanlah yg dikatakan, maka pikiran tidak lagi mengganggu, dan hanya di situ mungkin tercipta peradaban baru harapan baru, dunia baru."

"Cinta bukanlah kesenangan; cinta bukanlah keinginan. Bila ada cinta, tidak ada gambaran apa pun."

"Untuk memahami apa cinta sejati itu, kita perlu memahami sikap, pikiran dan tindakan kita sekarang terhadap cinta. Jika Anda sungguh-sungguh merenungkannya, Anda akan melihat bahwa cinta kita berdasarkan pada sikap posesif, dan hukum-hukum dan etika kita didasarkan pada keinginan untuk menggenggam dan mengendalikan. Bagaimana mungkin ada cinta mendalam jika ada keinginan untuk memiliki, untuk menggenggam? Bila batin bebas dari sikap posesif, maka di situ ada keindahan itu, kebahagiaan cinta."

"Cinta bukanlah identifikasi; itu bukan pikiran tentang apa yg dicintai. Anda tidak berpikir tentang cinta bila cinta ada; Anda hanya berpikir tentang cinta bila cinta tidak ada, bila ada jarak antara Anda dan objek cinta Anda, Bila ada penyatuan (komuni) langsung, tidak ada pikiran, tidak ada gambaran, tidak ada penghidupan kembali ingatan; hanya jika penyatuan putus, pada tingkat apa pun, maka proses pikiran, proses imajinasi mulai."

"Bila kita mengidentifikasi diri kita dengan orang/sesuatu lain, apakah itu tanda cinta? Apakah identifikasi menyiratkan eksperimentasi? Bukankah identifikasi mengakhiri cinta dan eksperimen? Jelas identifikasi adalah pemilikan, pernyataan akan kepemilikan; dan kepemilikan mengingkari cinta, bukan? Memiliki berarti merasa aman; pemilikan adalah pertahanan, membuat diri kebal. Dalam identifikasi terdapat perlawanan, kasar atau halus; dan apakah cinta sejenis perlawanan untuk melindungi diri? Apakah ada cinta bila ada pertahanan?

Cinta adalah rentan, lentur, reseptif; ia adalah bentuk tertinggi dari kepekaan; sedangkan identifikasi menghasilkan ketidakpekaan. Identifikasi dan cinta tidak bisa berada bersama-sama, karena yang satu menghancurkan yang lain. Pada dasarnya identifikasi adalah adalah proses pikiran, yang dengan itu batin mengamankan dan memperluas dirinya; dan dalam proses menjadi sesuatu ia harus melawan dan bertahan, ia harus memiliki dan membuang. Dalam proses menjadi ini, batin atau diri menjadi lebih keras dan lebih mampu; tapi itu bukan cinta. Identifikasi memusnahkan kebebasan; dan hanya dalam kebebasan bisa muncul bentuk tertinggi dari kepekaan."

"Anda hanya bisa mengenal diri Anda bila Anda mencinta sepenuhnya. Lagi-lagi ini adalah seluruh proses kehidupan, bukan untuk dikumpulkan dalam beberapa saat dari beberapa kata saya. Anda tidak bisa menjadi diri sendiri bila cinta bergantung. Itu bukan cinta bila hanya sekadar pemuasan-diri, sekalipun mungkin saling memuaskan. Itu bukan cinta bila ada sikap mempertahankan; itu bukan cinta bila hanya merupakan cara mencapai tujuan, bila itu sekadar sensasi. Anda tidak bisa menjadi diri sendiri bila cinta diperintah oleh rasa takut; maka ia adalah rasa takut, bukan cinta, yang mengungkapkan diri dalam banyak cara, sekalipun Anda mungkin menutupinya dengan menamakannya cinta. Rasa takut tidak memungkinkan Anda menjadi diri sendiri. Intelek hanya menuntun ketakutan, mengendalikannya, tetapi tidak pernah melenyapkannya, oleh karena intelek adalah justru penyebab dari ketakutan itu sendiri."

"Yang penting adalah memandang pohon itu dengan latar belakang cahaya itu. Oleh karena, di dalam kebanyakan kehidupan kita sama sekali tidak ada keindahan. Kita tidak pernah memandang sebatang pohon. Kita tidak pernah sadar akan kekumuhan dan debu di jalanan. Dan. tanpa keindahan, tidak ada cinta. Anda tidak mungkin melihat matahari terbenam itu dan pohon yang menarik dengan latar belakang cahaya itu jika Anda tidak punya cinta. Dan cinta bukanlah kesenangan, cinta bukanlah keinginan. Cinta adalah tindakan melihat keindahan itu, cahaya yg luar biasa itu. Dan melihat itu berarti mencintainya; dan itulah cinta. Dan, tanpa itu, Anda tidak bisa berbuat apa-apa."

"Bila ada cinta, tidak ada kewajiban. Bila Anda mencintai istri Anda, Anda berbagi segala sesuatu dengannya --milik Anda, kesulitan Anda, kegelisahan Anda, sukacita Anda. Anda tidak mendominasi. Anda bukan laki-laki dan ia perempuan untuk dimanfaatkan dan dicampakkan, semacam mesin pembuat anak untuk meneruskan nama Anda. Bila ada cinta, kata 'kewajiban' lenyap."

"Cinta tidak bisa dipikirkan, cinta tidak bisa dipupuk, cinta tidak bisa dilatih. Melatih cinta, melatih persaudaraan, masih terletak di dalam lingkup pikiran; oleh karena itu, itu bukan cinta. Bila semua itu berakhir, maka muncullah cinta; maka Anda akan tahu apa artinya mencinta."

"Cinta bukan berasal dari pikiran, ia tidak berada di dalam jaring pikiran; ia tidak bisa dicari, dipupuk, diidam-idamkan. Ia ada bila pikiran hening dan hati kosong dari hal-hal yg berasal dari pikiran."

"Selama kita memiliki, kita tidak akan pernah mencinta. Kita mengenal cinta sebagai sensasi, bukan? Ketika kita berkata kita mencinta, kita tahu kecemburuan, kita tahu ketakutan, kita tahu kecemasan. Bila Anda berkata, Anda mencintai seseorang, semua itu tersirat: irihati, keinginan mempunyai, keinginan memiliki, mendominasi, takut kehilangan, dan sebagainya. Semua ini kita namakan cinta; dan kita tidak mengenal cinta tanpa ketakutan, tanpa irihati, tanpa kemilikan; kita sekadar omong saja tentang 'cinta tanpa ketakutan'; kita namakan cinta impersonal, cinta murni, cinta illahi, atau apa pun lagi; tetapi faktanya ialah kita cemburu, kita mendominasi, posesif."

"Cinta menyiratkan kebebasan besar -- bukan untuk melakukan apa yang Anda suka. Tetapi cinta hanya muncul bila batin sangat hening, tidak berminat, tidak berpusat pada diri sendiri. Ini bukan ideal-ideal baru. Jika Anda tidak memiliki cinta, apa pun yang Anda kerjakan --mengejar seluruh tuhan-tuhan di dunia, melakukan semua kegiatan sosial, mencoba mengentaskan orang miskin, berpolitik, menulis buku, menulis syair-- Anda manusia mati. Dan tanpa cinta masalah-masalah Anda akan meningkat, berlipat ganda tanpa akhir. Dan bersama cinta, apa pun yg Anda lakukan, tidak ada risiko, tidak ada konflik. Maka cinta adalah intisari kebajikan. Dan batin yg tidak berada dalam keadaan cinta bukanlah batin yang religius sama sekali. Dan hanya batin yang religius yang bebas dari masalah, yang mengenal keindahan cinta dan kebenaran."

"Tanpa cinta, tidak ada tindakan benar. Kita bicara tentang tindakan. Kita melakukan begitu banyak kegiatan sosial. Tetapi bila ada cinta di hati Anda, di mata Anda, dalam darah Anda, di wajah Anda, Anda manusia yang berbeda. Maka apa pun yang Anda lakukan memiliki keindahan, memiliki berkah, adalah tindakan benar."

"Seluruh hidup kita didasarkan pada sangat banyak alasan. Aku mencintaimu karena engkau memberiku sesuatu. Aku mencintaimu karena engkau menghiburku. Aku mencintaimu karena aku memenuhi hasrat seksualku, dsb dsb. Semua itu sebuah alasan, dan akibatnya adalah -- kata yang saya gunakan adalah 'cinta' yang bukan cinta, dan motif apa pun yang saya miliki adalah sebuah alasan. Maka saya bertanya kepada sahabat saya, mungkinkah hidup tanpa alasan? Tidak termasuk alasan apa pun, dalam arti alasan terorganisir atau di dalam diri saya, tidak memiliki alasan apa pun. Tahu bahwa jika ada alasan tentu ada pengakhiran, yang adalah waktu. Nah, kita akan menyelidiki bersama-sama, apakah ada kehidupan, kehidupan sehari-hari, dalam hubungan kita sehari-hari, dalam kegiatan kita sehari-hari --bukan sebuah kegiatan teoretis, melainkan aktual-- bisakah kita hidup tanpa suatu alasan? Selamilah hal itu, sahabatku, jangan memandang pada saya, alih-alih pandanglah itu, pandanglah pertanyaan itu lebih dulu.



Tahu bahwa jika saya berkata, aku mencintaimu karena sebagai balasannya engkau memberiku sesuatu, di dalam hubungan berdasarkan alasan itu selalu terdapat pengakhiran hubungan itu. Sehingga kita bertanya satu sama lain, adakah suatu kehidupan tanpa alasan? Lihatlah keindahannya, Pak; pertama-tama, lihatlah kedalamannya, lihatlah kekuatan pertanyaan itu, bukan sekadar kata-kata. Kita berkata, cinta tidak punya alasan -- itu jelas. Jika aku mencintaimu karena engkau memberikan sesuatu, itu barang dagangan, yang ada di pasar. Jadi, bisakah aku mencintaimu, bisakah ada cinta, tanpa keinginan apa pun, secara fisik, secara psikologis, di dalam, tiada apa pun dalam bentuk apa pun? Maka itulah cinta, yang tidak punya alasan; dan dengan demikian tidak terbatas. Pahamkah Anda? Seperti kecerdasan, yang tidak punya alasan, ia tanpa akhir, abadi; begitu pula welas asih. Nah, jika ada sifat itu dalam kehidupan kita, maka seluruh kegiatan berubah secara menyeluruh."

Sabtu, 09 April 2011

Please, ajari aku Cinta dan Bercinta

dapatkah dikatakan cinta
jika aku masih merasa sakit hati / marah / benci ???

dapatkah dikatakan sang pencinta
jika tidak bisa saling mengasihi dan menyayangi terhadap sesama ???

cinta ???
memang apa yang aku ketahui tentang cinta ???
apa yang anda ketahui tentang cinta ???
apa kata mereka tentang cinta ???

memanglah cinta selalu dapat diungkapkan sesuai dengan khayalan / pengalaman / buah pemikiran masing-masing ...
kata mereka cinta itu merupakan musibah yang menyakitkan ,,,
karena pengalaman pahit yang mereka dapatkan ...
kata mereka cinta itu merupakan sumber kebahagiaan saling berbagi kasih dan sayang ,,,
karena pengalaman manis yang mereka dapatkan ...

kata yang disana
cinta itu begini ???
kata yang disini
cinta itu begitu ???
yeach ,,,
gua cuma bisa berkata 'pppreeeetttttttttt' terhadap cinta ...
mengapa ???
karena gua memang tidak tau apa-apa tentang cinta ???
gua juga tidak pernah menjalin hubungan asmara dengan seseorang mengatas namakan cinta ...
entahlah apakah gua pernah merasa jatuh cinta atau tidak ???
karena memang ga'tau apa-apa tentang cinta ...
(zzztttt... gua belom pernah pacaran soalnya, wajar kalau gua kurang ngerti)

he he he :-D

ketika anda menyukai seseorang dan selalu bersamanya ,,,
trus disuatu hari anda merasa tersakiti (di khianati) olehnya ...
lantas anda pun marah atau benci kepadanya dan memutuskan untuk berpisah dengannya ...
nach ,,,
dapatkah kasus ini dikatakan cinta ???
tapi bukankah rasa cinta itu tidak pernah melahirkan reaksi marah/benci dan juga sakit hati sedikitpun ???
hhhhmmmm ,,,
bukankah itu sebenarnya pengaruh nafsu (birahi) dan ego dirimu saja mengatas namakan cinta untuk bersamanya/memilikinya ???
acchhhhggg ,,,
terlalu munafik dirimu jika demikian ...

ketika anda senang berbagi dengan seseorang ,,,
dan anda pun merasa bahagia ketika dia bahagia ,,,
bahkan anda rela berkorban akan melakukan apapun demi kebahagiaannya ...
nach ,,,
dapatkah dikatakan cinta dalam masalah yang kayak gini nich ???
bukankah cinta itu tidak pernah melahirkan reaksi bahagia (kebahagiaan) ???
jika kebahagiaan itu adalah apa yang anda rasakan ketika anda membuat dia bahagia ,,,
kenapa anda tidak berbagi kepada sesama makhluknya saja (artinya tidak hanya dia, tapi pada umumnya) ???
bukankah kebahagiaan itu akan selalu memenuhi relung jiwamu karena berbagi kepada orang lain (tidak hanya dia yang membutuhkan) ???
aaaccchhhhggggg ,,,
terlalu lemah jiwamu dipecundangi cinta jika demikian ...

hhhhmmmmm ...
gua memang ga'tau apa-apa soal cinta ,,,
cuman gua tau dikit ngebedain konsep cinta ini dan itu ,,,
pemikiran mereka begini dan pengalanannya begini ...

bagiku cinta adalah Cinta Itu Sendiri ,,,
tanpa ada menghasilkan reaksi bahagia ataupun derita ...
kebahagiaan dan kesedihan tidak selamanya cinta ,,,
tanpa cinta orang juga bisa merasa bahagia atau menderita ...
kebahagiaan dan kesedihan itu relatif dan tidak pasti ,,,
mudah berubah tergantung kondisi ,,,
dalam langkah pendewasaan diri ...

seumur hidup seingat gua sama sekali ga'pernah merasakan jatuh cinta ,,,
karena memang ga'tau apa itu cinta ???
kecuali ada orang yang dapat membuka mata hatiku dan mengajarkan aku tentang cinta dan jatuh cinta ...
tapi apa ada yang bisa mengajarkan aku cinta dan membuat aku jatuh cinta ???
tapi bukanka hanya Dia Sang Maha Cinta ,,,
Dia mencintai Diri-Nya Sendiri ,,,
Cinta-Nya adalah Cinta Sejati ,,,
jadi gua hanya bisa menyerahkan diri kepada-Nya dan Cinta-Nya ???
bukankah Dia Maha Tahu ,,,
Dia Maha Cinta ,,,
Dia Maha Pengasih ,,,
Dia Maha Penyayang ,,,
Dia Maha Kuasa atas segalanya ???
jadi apa salah jika gua menyerahkan diri kepada-Nya ???
biarlah Dia yang Mencintai Diri-Nya Sendiri dan juga makhluk-Nya ,,,
bukan aku yang mencintai-Nya dan bukan aku mencintai makhluk-Nya ...
sebab gua sama sekali ga'tau apa-apa tentang cinta ,,,
sungguh hanya Dia Sang Pencinta dan Dia Maha Cinta ...
Dia Mencintai dan Dicintai disaat yang sama ,,,
Dia Dicintai dan Mencintai Diri-Nya Sendiri ...

aaacccggggghhhhh ...
cinta ... cinta ... cinta ...

ajari aku cinta ...
ajari aku bercinta ...

jreng ... jreng ... jreng ...

ajari aku tuk bisa ,,,
menjadi yang Engkau cinta ...
agar ku bisa memiliki rasa ,,,
yang luar biasa untukku dan untukmu ...

ku harap Engkau mengerti ,,,
akan semua yang ku pinta ...
karena Kau cahaya hidupku-malamku ,,,
tuk terangi jalanku yang berliku ...

hanya Engkau yang bisa ,,,
hanya Engkau yang tahu ,,,
hanya Engkau yang mengerti ,,,
semua inginku ...

(ajari aku tuk bisa mencintai-Mu,
ajari aku tuk bisa mengerti Kamu)

mungkinkah semua akan terjadi pada diriku ,,,
hanya Engkau yang tahu ,,,
ajari aku tuk bisa mencintai-Mu ...

salam _/|\_
El BrhanDhalz

Kekasih itu ...

kekasih adalah orang yang bisa kita ajak untuk saling mengasihi ...
untuk itu diperlukan
"give and take"
yang sesuai antara kedua pihak kekasih untuk menjangkau harapan ,,,
mimpi dan cita-cita ...

setidaknya harus mengenal diri sendiri dengan segala potensinya ,,,
untuk mengerti apa-apa yang kita dibutuhkan dari calon pasangan hidup kita ,,,
begitu juga sebaliknya ...

sedang alternatif lainnya serahkan kepada perasaan dan hati ...

ketika suatu hari nanti kamu menemukan seseorang serta merasakan kedalaman rasa yang luar biasa ,,,
sehingga merasa dirimu utuh / sempurna ...

karena itu ,,,
perjuangkanlah ,,,
karena mungkin itu tidak datang 2 kali dalam hidupmu !!!

Segeralah Menikah dengannya (yang ada cinta) ...

pernikahan merupakan proses mendapatkan kesempatan ...
ketika kamu mencari yang terbaik diantara pilihan yang ada ,,,
maka kamu sebenarnya mengurangi kesempatan untuk mendapatkannya ...

ketika kesempurnaan yang ingin kau dapatkan ,,,
maka sia-sia waktumu untuk mendapatkan pernikahan itu ,,,
karena kesempurnaan itu hampa adanya ...

jika kamu tidak dapat mencintai orang yang tidak sempurna dengan cara yang sempurna ,,,
maka cobalah untuk menerima cinta itu apa adanya ...

jika kamu tak dapat memiliki apa yang kamu harapkan ,,,
maka menyukai dan mensyukuri apa yang ada itu lebih baik ...

Kejujuran dalam Cinta

sepercik kejujuran lebih berarti daripada sebongkahan cinta ...
apalah arti sebongkahan cinta kalau ditutupi oleh kebongan ???
mengatas namakan cinta padahal itu hanya pengaruh nafsu birahi dan ego diri semata ,,,
pasti rapuh bukan ???

betapa indahnya apabila kejujuran dan cinta itu ada pada diri seseorang ...
maka beruntunglah Anda yang memiliki kejujuran dan ketulusan cinta dalam kehidupan ...

Cinta Sejati Itu ...

pada umumnya semua manusia menginginkan cinta sejati ,,,
namun tak mengerti akan cinta sejati itu apa dan bagaimana ???

cinta sejati itu tidak pernah datang kepadamu ,,,
akan tetapi cinta sejati itu harus datang dari dalam dirimu ...
itulah cinta sejati ,,,
yang musti di pahami ...

Menyalurkan Cinta Secara Universal

memberikan cinta secara luas itu mudah ,,,
cukup memberinya kasih sayang pada sesama secara baik dan benar universal ,,,
maka cinta itu akan hidup dalam hatinya luas tak terbatas ...

bukan rayuan gombal untuk merusak hubungan orang lain ,,,
dan juga bukan rayuan gombal cinta yang semu (cinta palsu) membuat cinta itu sendiri kehilangan maknanya yang ada ...

Meraih Kebahagiaan (Pria dan Wanita)

jika seorang wanita ingin hidup bahagia bersama seorang pria ,,,
maka dirimu harus banyak memahaminya (pria) dan banyak menyayanginya ...

akan tetapi jika seorang pria yang ingin bahagia dengan seorang wanita ,,,
maka anda harus banyak mencintainya setulus hati dan jangan coba-coba untuk memahaminya (wanita) ...

sebab seorang wanita hanya perlu mengenal seorang pria dengan baik ,,,
untuk mengerti semua pria ...

sedang seorang pria mungkin mengenal semua perempuan dengan baik ,,,
akan tetapi tidak mengerti satupun perasaan dari mereka ...

sesungguhnya wanita itu sendirilah yang dapat memahami perasaannya sendiri ...

LEMBUTNYA PERASAAN WANITA

jika ingin merebut hati seorang wanita ,,,
maka sentulah ia dengan kelembutan dan kemanisan prilaku ...

sebab wanita itu lebih banyak dikendalikan perasaannya ketimbang pemikirannya ,,,
kehalusan itu adalah watak wanita yang terbaik ...

sungguh hanya wanita yang mampu memahami hati wanita itu sendiri ,,,
dan semua wanita perasaannya sama saja ,,,
perasaan yang lembut ,,,
mudah tersentuh dan memberikan kenyamanan serta kekuatan pada orang yang dia cintai ...

yang perlu dipahami ,,,
cinta pada pria itu timbul dari mata ,,,
sedang cinta pada wanita itu timbul dari telinga ...
olehnya itu pria cendrung kepada keindahan ,,,
dan wanita cendrung dengan kelembutan ...

Salah Satu Kelemahan Wanita

salah satu kelemahan wanita itu adalah jarang dapat melihat sifat lelaki dalam ukuran yang sebenarnya ...

olehnya itu tidak sedikit wanita yang merasa kecewa ,,,
sedih ,,,
sakit hati ,,,
karena mudah tertipu oleh cinta palsu ...

pada umumnya wanita itu spontan ,,,
pakai perasaan ,,,
tapi tidak pakai pemikiran ...

suatu ucapan rayuan gombal yang diucapkan pada saat yang tepat ,,,
suatu tindakan kecil yang berani itu dapat membuat pria memperoleh rasa cinta yang berkesinambungan dalam hati wanita ...

meskipun realitanya cinta itu hanya sesaat ,,,
karena tertipu cinta yang semu ataupun cinta palsu ...

CINTA TAK HARUS MEMILIKI

cinta tak harus memiliki ,,,
sudah sering buanget terdengar dalam kehidupan ini ,,,
akan tetapi tidak semua orang yang dapat memahami ...

di sini gua mencoba untuk memberi arti ,,,
bahwa cinta itu tak harus memiliki ,,,
sebab cinta itu bermakna penyerahan diri terhadap yang dicintai ...

bukan berarti untuk memiliki sepenuh hati ,,,
sebab 'ingin memiliki' itu cuma hasrat keinginan hawa nafsu birahi ...

cinta itu bukanlah nafsu birahi ,,,
tapi cinta itu bermakna penyerahan diri terhadap yang dicintai ...

dengan memberikan kebahagiaan sepenuhnya kepada yang dicintai ,,,
maka kebahagiaan itu pun akan terasa di dalam hati ...

semoga semuanya dapat mengerti akan hal ini ,,,
mampu membedakan antara cinta dan keinginan nafsu birahi ...

salam hangatnya cinta
dari gua
El BrhanDhalz
Sang Pemuja Cinta
Pengagum Rahasia